Cari

write it – right it

wahyu rakhmawiyatie

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Koneksi Antar Materi

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh Wahyu Rakhmawiyatie

1.Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Ki hajar Dewantara, menyebutkan bahwa  guru adalah “Penuntun” segala kekuatan kodrat (kodrat alam dan kodrat Zaman) pada anak didik agar sebagai masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya. “Penuntun” .dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang berpusat pada murid. Sedangkan filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani , yang mempunyai arti didepan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan motivasi, sangat  mempengaruhi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan. Dimana dalam pegambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru tidak dapat gegabah tetapi semua keputusan yang diambil  harus mampu menempatkan dirinya sebagai seseorang yang dapat di contoh, membangun semangat dan memberikan dorongan motivasi kepada murid-muridnya.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Sebagai seorang guru yang memiliki  nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, maka  baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, sebagai seorang guru hendaknya memiliki nilai-nilai yang positif dalam dirinya sehingga apapun keputusan yang dia ambil mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang matang tidak emosional. Diharapkan keputusan-keputusan yang diambil tetap berpihak kepada murid dan untuk kebaikan bersama.

Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika (Benar Vs Benar) , akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. Begitu juga jika kita berhadapan dengan situasi bujukan moral (Benar Vs Salah). Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

3.Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil sangat membantu sekali. Dengan menggunakan TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab), keputusan yang diambil, lebih efektif. Menerapkan tehnik coaching lebih mudah dilakukan karena guru memahami benar langkah-langkah yang harus dilakukan. Guru mampu menjadi coach dalam pengembangan potensi murid-muridnya. Murid-murid dapat menemukan solusinya sendiri tanpa harus merasa digurui atau terintimidasi.  

4.Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seorang guru yang mampu  mengelola dan menyadari aspek social emosionalnya akan membuat keputusan dengan sadar dan penuh pertimbangan. Seorang guru yang mempunyai kesadaran diri penuh, mampu memanajemen diri, mempunai kesadaran sosial, mempunyai kemampuan berelasi akan dapat membuat keputusan yang bertanggungjawab. Keputusan yang diambil tidak akan menjadi sau keputusan yang memperturutkan emosi sesaat , tetapi keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik yang berpihak pada murid.

5.Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

            Dalam pengambilan keputusan, seseorang akan kembali dipengaruhi atau kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Nilai-nilai seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam pembahasan studi kasus yang berkaitan dengan moral dan etika. Akan tetapi seorang pendidik bisa mempergunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam  langkah mengikuti pengujian dan pengambilan keputusan sehingga dia tidak akan terjebak pada situasi emosional secara pribadi yang akan berpengaruh pada hasil keputusannya.

6.Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pernyataan bahwa  bahwa keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman tentunya sangat jelas. Dalam pengambilan keputusan kita perlu berpegang pada nilai-nilai serta metode yang tepat, sehingga keputusan kita tidak berdampak negative tetapi berdampak positif. Sebagai seorang pendidik yang dihadapakan dalam pengambilan keputusan,  hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengidentifikasi atau  mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Selanjutnya ketika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.Sehingga sebagai pemimpin mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya.

7.Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan di lingkungan sekolah saya yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dapat terjawab ketika kita sebagai pengambil keputusan  menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan yaitu : 1.mengidentifikasi permasalahan apakah bertentangan dengan nilai-nilai etika, 2.mencermati siapa saja yang terlibat dalam permasalahan tersebut, 3.menggali fakta-fakta yang relevan dari permasalahan tersebut, 4.melakukan pengujian benar atau salah, 5.merujuk permasalahan yang terjasi pada paradigma dilema etika, 6.berpegang pada prinsip dilema etika , 7.mencari penyelesaian yang kreatif, 8.memutuskan keputusan, dan 9.melakukan refleksi terhadap hasil keputusan kita.

Hal tersebut memang kembali pada perubahan paradigm, dimana tidak aka nada yang sulit jika kita menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan tersebut, masalahnya di kita, apakah kita mau konsisten menerapkan atau tidak paradigm baru yang telah ada.

8.Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pada akhirnya pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita sangat besar. Untuk itu, pengambilan keputusan yang kita ambil harus benar-benar lakukan dengan benar. Kita harus memahami benar bahwa keputusan yang kita ambil memiliki konsekuensi.  Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada murid, maka kita akan menjadikan murid merdeka belajar, menuntun murid sesuai dengan kodratnya, murid kita belajar menjadi orang tumbuh menjadi pribadi yang matang dan cermat dalam mengambil keputusan.

9.Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya karena semua keputusan yang kita ambil akan berdampak pada murid. Apapun keputusan kita akan mempengaruhi kehidupan murid-murid baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu  dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kita perlu berpihak pada murid. Keputusan pembelajaran yang berpihak pada murid memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid, sehingga potensi murid dapat berkembang dengan baik dan murid dapat menapaki masa depannya yang cerah.

10.  Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir  yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa sebaga pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan perlu  memahami dan menerapkan filosofi Ki hajar Dewantara yang menempatkan murid sebagai pusat pembelajaran. Di mana pengambilan keputusan dan melaksanakan keputusan yang sudah dibuat berdasarkan pada pratap triloka Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya mangun Karsa, tut wuri handayani. Menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan .  Dilingkungan sekolah guru menerapkan prinsip-prinsip  nilai-nilai kebajikan.  Memahami kebutuhan murid dengan cara memahami kompetensi sosial emosional dengan menerapkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan membuat keputusan yang bertanggungjawab. 

Aksi Nyata Budaya Positif di Sekolah

Penerapan Budaya Positif Dalam Kegiatan Sehari-hari di Sekolah

Oleh : Wahyu Rakhmawiyatie, S.Psi., S.Pd.

SDI Raudlatul Jannah

CGP Angkatan 4 Kab. Sidoarjo

A.   Latar Belakang

Membangun generasi yang mempunyai budaya positif bukan hal yang mudah tetapi usaha yang harus dilakukan jika kita ingin melihat bangsa ini  menjadi bangsa yang kuat dan bermartabat.  Lingkungan terkecil dalam membangun budaya positif adalah rumah dan selanjutnya adalah sekolah.

Sekolah merupakan lingkungan strategis dalam membangun budaya positif. Sekolah tempat berkumpulnya calon pemimpin dan generasi penerus bangsa ini. Sekolah yang memberdayakan potensi anak bukan malah mematikan. Seperti filosofi Kihajar Dewantara yang menempatkan guru sebagai fasilitator yang menumbuh kembangkan potensi anak didik dengan melihat kodrat alam dan kodrat zaman. Setiap anak didik sudah mempunyai potensi, bagai mana guru menumbuhkannya dan mengoptimalkannya.

Guru sebagai agen of change, menjadi tonggak utama dalam menanamkan budaya positif. Mengapa budaya positif? Karena dengan budaya positif yang telah ada dalam diri anak didik, ada atau tiada aturan maka budaya positif itu akan dilakukan. Kemerdekaan dalam belajar menjadi titik kunci dalam budaya positif. Karena dalam suasana yang merdeka, hal-ha positif bisa di munculkan. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470.

B. Tujuan

1. Dengan penerapan budaya positif, murid lebih bahagia dan mempunyai displin positif

2. Guru- guru mengetahui konsep dan dampak implementasi budaya positif di kelas

3. Terciptanya budaya positif di kelas dan di sekolah

C. Tolok Ukur

1. Murid mempunyai self discipline dalam menerapkan budaya positif

2. Guru-guru mulai menerapkan budaya positif di kelasnya.

D. Linimasa Kegiatan

1. Menyusun rencana  implementasi budaya positif

2. Menyusun materi implementasi budaya positif

3. Membicarakan dan berkoordinasi dengan Kepala Sekolah, guru partner di kelas

4. Implementasi  budaya positif dengan melakukan kesepakatan keyakinan kelas.

5. Sosialisasi ke guru lain mengenai budaya positif

6. Implementasi budaya positi di kelas yang lain.

E. Dukungan yang dibutuhkan

1. Kepala sekolah, teman sejawat, anak didik, seluruh stake holder sekolah

2. Keluarga di rumah  

Lelakiku ( Aku menyayangimu… )

Dialah laki-laki yang berani memintaku menjadi istrinya, di awal pertemuan kami…. 

Dialah laki-laki yang memintaku menjadi istrinya, meski aku tak muda dan tak langsing lagi…. 

Dialah laki-laki yang jujur menyatakan berdebar ketika harus bertemu waliku… melebihi ujian thesis katanya… 

Dialah laki-laki yang dengan jujur mengatakan berdebar ketika melewati depan rumahku…

Dialah laki-laki yang memanggilku bidadari surganya…

Dialah laki-laki yang memanggilku tuan putrinya…

Dialah laki-laki yang mengatakan bahwa diriku adalah anugerah baginya…

Dialah laki-laki yang diberikan Allah untukku… 

Dialah laki-laki yang memintaku melalui doa-doanya dan aku memintanya melalui doa-doaku…

Dialah laki-laki yang dipilihkan Allah untukku.. 

Lelakiku… Aku menyayangimu… 

Wahyu R/16112017/11.04 WIB

Dalam hening (menjelang Ramadhan ke 9)

Dalam hening (menjelang Ramadhan ke 9)

Rasanya saya mual-mual.. disamping efek masuk angin beberapa hari ini ditambah efek  membaca, mendengar dan melihat berita tentang siapa yang  harus  “Hormat-menghormati” dalam  bulan Ramadhan.

Ini benar terjadi? Di tahun 2016? Apa tidak ada isu lain yang lebih nge”hits” yang perlu  kita diskusikan dan perdebatkan di era sekarang?. Garuk-garuk jidat yang tidak gatal,  heran sekaligus geli bin sedih dan prihatin tentang hal-hal yang menjadi fokus bangsa ini.  Ingin rasanya saya ikut berkata menggunakan logika cupet  saya, berkata dengan seribu amunisi saya, masuk dalam kancah polemik sambalado yang pedasnya tak berujung ini.  Tapi saya ingat pesan manusia mulia Rasulullah SAW untuk mengatakan  “Maaf saya sedang puasa”  dan berlalu meninggalkan perdebatan yang tak perlu diperdebatkan.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائمٌ، مَرَّتَيْنِ

“Puasa adalah tameng. Maka janganlah dia berkata kotor (porno -pen) atau melakukan tindakan bodoh. Jika ada orang yang mengajaknya untuk berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan, ‘Saya sedang puasa’ sebanyak 2 kali”[1]. HR. Bukhori no. 1894, Muslim no. 1151.

Islam adalah agama rahmatan lil “alamiin. Kasih sayang untuk semua makhluk yang ada dimuka bumi, dan seandainya ketika memegang teguh agama ini seperti memegang bara api,  lagi-lagi saya teringat manusia sempurna yang saya sendiri belum pernah melihat sosoknya kecuali dalam mimpi,  saya teringat sabda manusia agung itu.   Seperti menggenggam bara api, dan apabila kita  genggam bara api itu dengan tangan kita , maka akan terasa panas membakar diri kita dan apabila dilepas maka kita akan kehilangan satu-satunya permata indah dalam hidup kita.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi bahwa di zaman tersebut, orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api.
Maka, jangan pernah heran kalau kita ini mengaku muslim dan kita dihadapkan dengan keadaan yang serba  ndak jelas, molak –malik logika dan super semrawut ini.  Pada sudut belahan  bumi bagian mana ketika Islam tidak disudutkan?

Dibelahan bumi bagian mana Seorang muslim yang baik dan yang  memegang teguh agamanya  tidak tersakiti ?  bahkan di belahan bumi yang katanya tanah kebebasan atau bahkan dibelahan bumi yang dikatakan   Islam itu menjadi agama mayoritas, maka akan engkau temui orang-orang muslim yang tersakiti secara diam-diam atau terang-terangan.   Ya benar, disini dibelahan bumi yang agamanya Mayoritas ini ?  ya mayoritas.. meski ke”mayoritasan” itu laksana buih di lautan.

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

 

Mau kita jawab dengan argumen apapun… mereka yang  memastikan dirinya berada bersebarangan dengan orang-orang muslim, memiliki argumen yang tak  kalah hebatnya. Tidak sedang menggurui, tapi lebih mengajak bijak di bulan yang penuh rahmah dan berkah ini. Ayo kita melihat diri kita saja, biar saja mereka yang disebrang sana mau berbuat apa semaunya terserah… tapi kita tidak akan bergeming untuk tetap menjadikan diri kita muslim yang kaffah? Muslim yang benar-benar teguh ajaran agama Islam meski terasa seperti memegang bara api, tetapi kita tetap berusaha mempertahankannya. Menjadi muslim yang rahmatan lil “alamiin, dimana keberadaan diri diri kita menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Bukan berarti yang perlu disikusikan dan diperdebatkan tersebut hal yang tidak penting, tetapi Lebih penting kita melihat diri kita, keberadaan kita,   Apakah totalitas kita sebagai muslim sudah dirasakan oleh lingkungan keluarga kita, masyarakat sekitar kita dan tempat kerja kita?. Daripada kita menghabiskan energi yang hanya tinggal setengah ini untuk berdebat kusir tentang  “Hormat menghormati” yang  tak jelas. Lebih baik kita balik kanan fokus kembali untuk membentuk komunitas muslim yang totalitas, menjadi Muslim Terbaik , menjadi Muslim yang dapat menjadi rahmatan lil ‘alamiin, seorang muslim yang tidak melihat seorang manusia berdasarkan rasnya, agamanya atau golongannya dalam memberikan kasihnya antar sesama manusia, tidak membedakan dalam memberi pertolongan dan bantuan.   Dan apabila… sekali lagi apabila dengan “keheningan” kita,   mereka yang diseberang sana  masih terus memojokkan? Tak apa… terpojokkan bukan berarti kita lemah dan kalah… Jangan pernah takut, ada saatnya hal-hal yang memang perlu kita polemikkan, karena selama kita berpegang pada tali Allah, maka Allah akan menolong kita.

Nah, sembari dalam keadaan “hening” ,  lebih kita kembali fokus berusaha terus memperbaiki diri menjadi muslim yang kaffah,  saling mendoakan kebaikkan-kebaikkan untuk saudara-saudara kita. Ini Ramadhan Kawan.. 🙂  (Wahyu R)/ waru110616 

 

Daftar sumber:

https://rumaysho.com/10479-mereka-yang-memegang-bara-api.html

https://alhijroh.com/adab-akhlak/maaf-saya-sedang-puasa/

http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/penyakit-ummat-islam-di-akhir-zaman-1.htm#.V16neOJ97IUP1040510

Lamaaa bangeettss

Lama Banget tidak menulis di blog ini. Terakhir nulis november tahun 2013. Wow , hampir 2 tahun.. ^^. Wah.. wah… InsyaAllah mau aktif nulis lagi , berbagi pengalaman.. semoga manfaat buat yang baca. See You soon….

JIWA-JIWA YANG INGIN DITEMUKANGadis kecil di sudut jalan

Chapter One

PERTEMUAN

Lusuh.. dengan wajah kumalnya, nampak seperti sedang menahan perih. Kudekati gadis kecil di sudut jalan itu. Beringsut takut, ingin berlari tetapi tubuhnya seakan tak mau dan tembok-tembok dibelakangnya menghlanginya untuk lari. Siapa namamu? Sapaku lembut sambil menjulurkan tanganku ke arahnya. “Hrrgghh..’ hanya geraman dan seringai dari wajah lusuh kumal di depanku. Aku menarik tubuhku yang tadi aku condongkan. “Ada apa ? saya tidak bermaksud jahat kepadamu” tanyaku sambil menatap wajahnya yang hampir semuanya tertutup debu tebal jalanan. Siapa namamu? “Hrghhh…” dan dengan sempoyongan dia angkat tubuhnya dengan susah payah berlari menjauhiku. “Haii… ahh….” teriakku memanggilnya.. sia-sia.. akupun beranjak dari tempatku, kembali meneruskan perjalanan, ku ambil laptop dan buku yang sempat terjatuh ketika aku memanggil gadis kecil itu. Laptop dan buku, dua benda yang setia  menemaniku sejak aku sampai di kota ini. Kota ini indah, tetapi tidak seindah yang sering di bicarakan orang. Kurapikan jilbabku yang berkibar-kibar terkena angin pagi itu. Hmmm.. , gumamku dalam hati.

Masih penasaran dengan gadis kecil itu. Ada sesuatu yang membuatku tertarik padanya. Insting mahasiswa psikologi S2 semester akhir atau hanya kebanyakan membaca cerita detektif yang membuatku ingin tahu apa yang terjadi pada gadis kecil itu? Ahh.. mungkin keduanya. “Assalamualaikum Rana.. ” suara khas yang sudah aku tahu itu memanggilku.. tanpa menoleh  kujawab pemilik suara itu “Waalaikumsalam, Rangga.. gimana kabarnya? “ sahutku mendongak sejenak dan kembali menekuri buku yang ada di tanganku. “Ranaaa… kamu tuh jahat ya.. masak sekilas saja melihat ke arahku” protes Rangga.. sahabatku sejak kecil yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. “Hmm.. “ aku tetap tak bergeming dari posisiku semula.. “Ranaaa….” teriak Rangga kuat di telingaku “Husshh… husshh… ndak usah keras-keras teriaknya… lihat tuh… burung merpatinya pada terbang semua… “ seruku mau tidak mau menoleh kepadanya “Huh.. biarin.. habis dipanggil pelan2… akunya di cuekin” “Hei… ndak boleh egois gitu.. masak mengorbankan keasyikkan burung-burung merpati itu hanya karena dirimu” sahutku santai sambil menahan geli melihat bibirnya yang manyun. Rangga-rangga…my best friend, apalah jadinya diriku tanpamu.. gumamku dalam hati. “Baiklah… ada apa Rangga?” Tanyaku dengan tetap tidak memandangnya. “Rana… lihat wajah Rangga.. “ sahut Rangga “Heii… ndak boleh lah… gimana-gimana bukan muhrim”. “Ayolah Rana… coba lihat ada yang berbeda tidak dariku?” nada suaranya yang memelas membuatku tidak tega untuk tidak menoleh kepadanya, tetapi sebelum penuh wajahku melihat dirinya.. kutangkap sosok kecil itu berlari melintasi jalan dan kembali ke sudut yang sesaat tadi kutemukan dirinya. “Eh Rangga… sebentar ya… nitip netbookku.. jangan kemana-mana.. ” Rangga melongo kebingungan sambil melihat diriku yang berlari-lari kecil menuju tempat gadis kecil itu. Rangga bisa menunggu pikirku. “Hai… “ sapaku pada gadis kecil yang terlihat lebih lusuh dari pertama kulihat tadi. “Hrghh… “ desis yang sama seperti yang tadi kuterima. “Ndak… ndak papa.. saya tidak akan menyakitimu, saya hanya ingin membantumu” sahutku menenangkannya. “Eh.. ini.. “ aku hulurkan sepotong roti yang sempat ku sambar dari atas meja cafe tadi ke arahnya “Ayo.. ini.. ndak papa… ambilah”. Dengan takut-takut gadis kecil itu menghulurkan tangannya. “Tidak papa.. ambilah” kataku meyakinkan tangan kecil yang ragu-ragu itu. Mata garangnya mulai melunak.. meski sudut bibirnya tidak menunjukkan senyum walau guratan kecil saja.. tetapi tidak mengapa aku sedikit lega, setidaknya dia mau menerima uluran pertemananku melalui sepotong roti . “Siapa namamu? “ tanyaku . Matanya yang bersinar jernih diantara tubuh lusuhnya itu mengerjap-ngerjap basah… Hei.. dia menangis. Seruku dalam hati. “ Ada apa sayang? Mengapa kamu menangis ? ” tanyaku kembali.. Dia hanya menggeleng lemah sambil memandang ke arahku. “Baiklah.. tidak papa, kalau kamu tidak mau menyebutkan namamu, besok kita bertemu lagi ya.. akan aku bawakan roti yang lebih enak dari ini” kataku sambil tersenyum kepadanya. Begitu mendengar kata roti.. matanya berbinar dan segera mengangguk dengan cepat. “Oh ya.. nama tante Ranasya.. kamu boleh panggil Rana atau nasya.. apapun yang kamu suka , sekarang tante pergi dulu ya.. bsok kita ketemu lagi”. Akupun bangkit dari tempatku, bersamaan dengan langkah gadis kecil itu yang mulai meninggalkan diriku.  Kembali ke meja cafe dan Rangga.. eh.. Rangga.. aku teringat Rangga yang aku tinggalkan manyun di meja caffe.. Hmmm.. bakalan keluar uang buat traktir ini. Akupun berjalan kembali ke arah mejaku. “Assalamualaikum Ranggaa…“ sapaku dengan suara lembut “waalaikumsalam” jawabnya ketus.. “Hei.. jawab salamnya kok gitu… Rasulullah khan contohinnya ndak gitu” seruku sambil mataku membulat ke arahnya “Iya.. iya,.. waalaikumsalam tuan putri..” sahutnya dilembut-lembutkan  dengan bibir tetap manyun… “Haha… lebay deh.. “ sahutku sambil tertawa kecil mendengar gurauannya. “Ngejar siapa sih tadi.. sampai-sampai aku di tinggalin disini..” tanya Rangga penuh selidik , “Mau tau banget atau mau tau aja? “ sahutku sekenanya sambil mengemasi barang-barangku yang ada di meja, Rangga tambah manyun.. “Tanyain serius kok.. kamu kok kemas-kemas… kamu mau kemana Rana?” tanya Rangga kebingunagan “Ke kampus.. mau ketemu profesor Konrad” sahutku sambil berlalu.. “Yaa… Ranaaa.. terus aku gimana?” wajah Rangga yang manyun itu berubah menjadi wajah kucing imut yang memelas… “Iyaa.. nanti Rana telpon.. tentang si manis itu khan? gampaangg.. Assalamualaikum“ teriakku sambil meneruskan langkah kakiku. Rangga seketika tersenyum ketika aku sebut simanis.. ah Rangga-Rangga… ndak mungkinlah aku mengabaikan sahabat tersayang seperti kamu, meski batas-batas bukan muhrim itu tetap kujaga. Aku kembali meneruskan langkahku menuju kampus… Mister Konrad, my last destination. Eh.. salah.. ah.. Astaghfirullah.. segera bayangan yg menyeruak masuk ke fkiranku itu ku hapus cepat – Astaghfirullah kebiasaan lama yg cukup sulit hilang setelah aku mengazamkan diri menjadi seorang muslimah… hmm.. nakal kamu ini Rana.. Rana.. ( bersambung ke chapter two : rahasia air mata)

my man

 

Aku tahu, kamu bukan sosok berilmu agama yang pandai bermain kata

Tetapi yang kurasakan , engkau  berusaha keras meneladani lelaki mulia  (Muhammad SAW)

 

Aku tahu, kamu tidak hafal nama-nama Allah yang agung itu(Asmaul Husna)

Tetapi yang kurasakan, engkau berusaha senantiasa melandaskan keputusanmu berdasarkan asmaNya

 

Aku tahu, kamu bukan seorang penyair yang dapat menyusun kata-kata indah untukku

Tetapi  adamu dalam setiap langkah kakiku lebih dari cukup pengejawantahan syair-syairmu

 

Aku tahu, kamu bukan seorang penyayi yang bersuara merdu

Tetapi nada-nada hatimu, senantiasa syahdu bertautan dengan nada-nada hatiku

 

Aku tahu, kamu lelaki sederhana bukan idola para wanita

Tetapi bagiku, kamu lelaki terhebatku yang tak tergantikan

 

Aku tahu kamu bukan pria yang romantis yang bisa mengucapkan kata-kata cinta dengan indah

Tetapi bagiku, kamu mencintaiku hanya KarenaNya adalah hal  teromantis yang pernah ada

 

Aku tahu, kamu tidak setampan Yusuf, tidak setaat Ibrahim dan tidak sesempurna Muhammad

Tetapi bagiku, kamu suami dan ayah  yang sempurna

Aku  akan mencintaimu tanpa cela karenaNya , selalu – selamanya.

 

by Wahyu R

 

Cinta

 

Cinta…

Semayam indah dalam sukma

Meski hanya sosok wajah bercahaya

Getarannya tidak dapat diejawantahkan dalam kata

 

Cinta…

Debur halus lembut yang meluruhkan

Dalam kisah lebih indah dari sekedar romantisme dunia

Merubah  perempuan biasa menjadi bidadari elok rupa tanpa cela

 

Cinta…

Menjadikan diri sufi yang senantiasa menaburi diri dengan doa

Merengkuh dan menyelimuti dirinya dengan doa

Meluaskan jalan-jalan masa depan dengan sapuan doa yang tak berbilang

 

Cinta…

Sosok sederhana tanpa kata

ke tawadhuan diantara gemerlap dunianya

Yang menghempaskan diri sampai ke tubir kebahagiaan

Membumbung dalam kedamaian meniti jalan panjang ke surgaNya

 

Cinta…

Renik indah cahayaNya

Dalam genggaman masa  lalu – masa sekarang –  masa depan

Kembali dalam takdirNya

 

Cinta .. Indah ketika memanggil – menyentuh – menjamunya dalam doa.

 

by Wahyu R

Diri…

 

Dimana letak sombong itu ?

Aku tak tahu..

Yang aku tahu.. diriku menjadi merasa paling benar diantara lalat-lalat yg berterbangan

Dimana letak salah itu?

Aku tak tahu….

Yang aku tahu….  aku berusaha  membuat banyak alasan untuk pembenaran akan semua tindakkanku

Dimana letak nurani itu?

Aku tidak tahu…

Yang aku tahu, aku sulit melawan bisikkan kecil yang menyuruhku kembali kepada Sang pemilik Jiwa

Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan?

Aku tidak tahu…

Yang aku tahu…  ada satu gerakakkan  di dada yang membuatku merasa malu ketika harus bertemu denganNya

Lantas apakah itu ?

Aku sungguh tidak tahu…

Yang aku tahu… aku sudah menangis tersedu memegang semua persendian lututku memohon ampunan akan segala hal yang memenuhi dada dan fikirku yang tidak mau hilang kecuali aku mengakuinya di hadapanNya.

Aku, diriku dan egoku ketika berhadapan denganNya

Hanya setitik debu yang meraba mencari pengampunanNya.

 

By Wahyu R

Atas ↑