Minggu, 25 Desember 2011, berangkat ke Sutos pukul 13.00, berencana nonton Tom cruise, Ghost Protocol. Setibanya di Sutos, kita memilih film yang main pukul 15.45 ( sehingga bisa sholat ashar dulu). Sambil menunggu ( karena kami sampai Sutos pukul 14.00), kami bersantai di “d’kampoeng” resto yang di setting dengan menyediakan makanan khas Indonesia.

Anak kecil ini berangkat dengan keluarganya, ada ayah, ibu, baby sitter dan adiknya yang masih beberapa bulan yang diletakkan di kereta dorong,  mungkin usianya berkisar 5 tahun. Awalnya, saya tidak terlalu memperhatikan terlalu dalam pada mereka, hanya sesekali tersenyum pada anak tersebut yang selalu melihat ke arah kami (ingin tempat yang kami dudukki).

Sampai pada saat mereka makan,  siibu dengan sedikit berteriak beberapa kali melayangkan tangannya ke mulut dan pipi anaknya yang berusia 5 tahun karena anak tersebut muntah ketika makan. Saya spontan melihat dan rasanya ingin kaki saya melangkah meraih anak tersebut dan menegur  siibu, sedangkan si ayah hanya diam saja melihat kejadian itu dengan raut wajah tidak suka pada perlakuan ibu terhadap anak laki-laki mereka. Dan ibu itu tak berhenti marah dan memperlakukan anaknya dengan kasar. Sampai-sampai teman saya mengingatkan saya untuk tidak usah melihat kejadian itu. Tapi saya merasa kasihan pada anak tersebut, bukankah bukan keinginannya untuk muntah, ‘kesalahannya’ adalah ketidak sengajaan, lagupula dia masih berusia 5 tahun.

Setelah kejadian itu, ketika menunggu teman saya di parkiran, kembali saya melihat kejadian perlakuan & kata-kata kasar seorang ibu kepada anaknya, yang sebenarnya sianak hanya ingin mengajak ibunya bercanda.

Dari kedua peristiwa itu, hati saya miris bagaimana sikap seorang wanita yang  semestinya penuh kasih sayang dan kelembutan pada anak-anaknya bisa berubah? bukankah kelembutan dan kasih sayang merupakan fitrah yang Allah berikan pada wanita.

Fikirankupun melayang pada ingatan  tentang  sebuah penelitian. Disebutkan dalam sebuah penelitian, ketika ibu (sekaligus peneliti ) berteriak keras tanpa sengaja ( karena terkejut bukan karena marah) pada anaknya  ( yang diteliti) karena kabel yang tersenggol kaki si anak tanpa sengaja membuat.  Maka seketika itu juga ( saat teriakan terkejut  itu terjadi), sel otak anaknya segera mengembang seperti balon dan pecah.

 “Ya Rabb.. jadikan kami wanita yang lembut hati , penuh kasih dan penyayang, wanita yang tidak pernah berlaku kasar pada anak-anak kami dan semua orang yang kami sayangi dan cintai”  

Mari kita berusaha untuk senantiasa menyayangi anak-anak kita (seberapapun kesal dan penatnya diri kita dalam menghadapi kehidupan ini), mari kita tumbuhkan sikap lemah lembut kepada mereka ( seberapa sulitnya kita dalam suatu situasi), karena Allah telah memberikan keistimewaan pada makhluk yang bernama wanita dengan memberinya kelembutan hati yang penuh cinta dan kasih sayang, sebagai modal dasar untuk mendidik dan mengasuh makhluk-makhluk sempurna ciptaan Allah yang bernama  manusia. Hidup boleh keras, bahkan meluluh lantakkkan setiap jengkal kesabaran yang kita miliki tapi kita harus tetap bisa menjaga  kelembutan dan kasih sayang yang merupakan keistimewaan yang telah Allah berikan pada kita para wanita.

 

write with love

Wahyu R